Latest News

Review Film Bahtera Kertas

Judul Film : Perahu Kertas (bagian pertama)
Sutradara : Hanung Bramantyo
Bintang : Maudy Ayunda, Adipati Dolken, Reza Rahadian, Elyzia Mulachela
Rated : **

Review Film Perahu Kertas
Hai Neptunus apa kabar bahari biru? Perahu kertas kali ini membawa kisah perjalanan hidupku? Demikian yg diungkapkan Kugy (Maudy Ayunda) di tepi pantai. Opening scene yg menarik dari Perahu Kertas, menampilkan Kugy sebagai tokoh utama dalam Perahu Kertas. Berbeda dengan novelnya yg dibuka di Amsterdam menampilkan Keenan. Versi film yg disutradarai Hanung Bramantyo ini menimbulkan Kugy sebagai narator . Film ini diadapasi dari novel best seller karya Dee atau Dewi Lestari yg populer lewat Supernova-nya.

Sejak awal sudah digambarkan kugy yaitu pengkhayal dan asing di mata orang-orang. Kugy bahagia melayarkan bahtera kertasnya berisi isi hatinya yg ia harapkan hingga kepada Neptunus. Dia dapat berpikir demikian alasannya yaitu beliau lahir dengan bintang Aquarius. Dia menimbulkan dirinya sebagai biro Neptunus menampelkan dua jemari di kepalanya seperti radar. Scene beliau bersama kawannya Noni (Sylvia Fully) dan Eko (Fauzan Smith) menjemput Keenan (Adipati dolken) cukup humoris saat Kugy dengan radar Neptunusnya dipandang asing oleh seorang yg duduk di peron dan jadinya bertubrukan dengan Keenan yg awalnya terkesan cool. Sekalipun adegan ini mengingatkan saya pada gesekan antara Tita dan Adit di bandara.

Selanjutnya kisah mengalir serupa dengan novelnya. Kugy yaitu mahasiswa Fakultas Sastra, Keenan sepupu Eko itu yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi yg sama-sama kuliah di Bandung. Mereka berempat Keenan, Kugy, Eko dan Noni menjadi satu gang “Pura-pura Ninja”, gemar nongkrong di warung pemadam kelaparan. Kugy sudah punya perjaka berjulukan Joshua yg diubahnya menjadi Ojos. Bisa ditebak bekerjsama Kugy dan Keenan saling tertarik lewat bahasa badan dan lisan muka, contohnya Kugy cemberut melihat Wanda, sepupu Noni (Kimberly Ryder) dari Australia meninjau daerah kos Keenan –karena proyek mak comblangnya Noni dan Eko- atau sebaliknya Keenan memandang asing melihat Kugy dan Ojos paCaranyan di kafe.

Bagi mereka yg membaca novelnya dengan Mudah dapat menikmati adegan demi adegan. Keenan mengagumi dongeng Kugy dan terinspirasi dari dirinya dan sebaliknya Kugy mengagumi lukisan Keenan. Keduanya juga terbentur antara harapan dan realita. Dongeng tidak dapat menghasilkan uang banyak dan lukisan juga tidak menjanjikan masa depan yg baik. Setidaknya di mata ayah Keenan. Diceritakan Keenan merasa bangga saat Wanda menyebutkan bahwa tiga lukisannya di galeri Warsita miliknya ayahnya terjual.

Belakangan Keenan kecewa saat tahu siapa pembelinya. Dia patah arang, terlanjur diusir ayahnya yg tak suka beliau menjadi pelukis, serta beliau mengasingkan diri ke Ubud Bali ke daerah Pak Wayan kenalan ibunya- yg bekerjsama lebih dari itu tersirat  dari sebuah adegan lukisan Pak Wayan. Di sanggar,  Keenan bertemu Luhde keponakannya Pak Wayan yg menghidupkan kembali semangatnya melukis. Sementara Kugy menemukan pelarian lain yaitu sekolah informal bagi belum dewasa kampung berjulukan Sakolah Alit , lulus Fakulas Sastra dan kemudian sukses berkarir di sebuah biro periklanan. Di sana ia bertemu Remi (Reza Rahadian) pelabuhannya yg lain.

Film Perahu Kertas mungkin alasannya yaitu terlalu panjang dibentuk menjadi dua. Bagian pertama ditutup dengan kesepakatan nikah Eko dan Noni. SeCaranya keseluruhan drama romantis ini Mudah dicerna, plotnya mengalir. Sehingga saya nggak perlu bawa catatan banyak ke bioskop. Kekuatan film ini ialah pada Hanung yg selalu piawai menciptakan pemerannya berkharakter kuat. Maudy Ayunda berhasil menghidupkan tokoh Kugy hingga gestur tubuhnya, lisan mukanya, Adipati Dolken sebagai Keenan juga lumayan. Chemistry keduanya dapat terbentuk mungkin alasannya yaitu mereka juga pernah bermain dalam satu film sebagai “pasangan” juga dalam Malaikat Tanpa Sayap. Reza Rahadian juga apik sebagai bos advertising yg demokratis, tentunya juga Elyzia Mulachela sebagai Luhde. Menarik Dewi Lestari si penulis novel juga tampil sebagai cameo. Dari segi ini poin plus buat Perahu Kertas.

Alunan musik dan soundtrack juga pada tempatnya. Hanya saja sinematografinya tergolong biasanya. PaCaranyan makan di kafe atau warung kaki lima, nyaris senada dengan film-fim Indonesia, juga adegan di Sekolah Alit tidak terlalu beda dengan film Indonesia yg juga menyingung sekolah alternatif. Ayah yg murka alasannya yaitu anaknya memberontak. Pakem-pakemnya sama.


sumber

0 Response to "Review Film Bahtera Kertas"

Total Pageviews