Latest News

Integrasi Tik Dalam Pembelajaran

INTEGRASI TIK DALAM PEMBELAJARAN

Perkembangan TIK telah mengubah dunia secara drastis, dan perubahan ini keluar membawa imbas signifikan terhadap pranata sosial dan dunia kerja.TIK telah mengubah aneka macam pola kehidupan masyarakat, pekerjaan dan cara mereka berinteraksi dengan yang lainnya. Negara yang secara efektif mengembangkan dan memakai TIK akan menjadi masyarakat yang berpengetahuan, yang sudah barang tentu masyarakat gres ini akan menciptakan, membagi dan mengkomunikasikan pengetahuan tersebut untuk kemakmuran.

A.    GAMBARAN INTEGRASI TIK DALAM PEMBELAJARAN
Melalui periode Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kini ini sangat dirasakan kebutuhan dan pentingnya penggunaan TIK dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Setiap kegiatan pembelajaran selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru ialah pencipta kondisi mencar ilmu siswa yang didesain secara sengaja, menantang, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan siswa sebagai penerima didik merupakan pihak yang menikmati kondisi mencar ilmu yang diciptakan guru.
Perpaduan dari kedua unsure manusiawi ini melahirkan interaksi edukatif dalam memanfaatkan TIK sebagai mediumnya. Pada kegiatan pembelajaran, guru dan siswa saling memengaruhi dan memberi masukan. Karena itulah kegiatan pembelajaran harus menjadi acara yang hidup, sarat nilai, dan senantiasa mempunyai tujuan yang jelas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran TIK di mana penerima didik memanfaatkan teknologi multimedia dan computer untuk mengakses materi pelajaran, berinteraksi dengan pendidik dan penerima didik lainnya, dan memperoleh beberapa bentuk pemberian (tutorial) yang tersedia bagi penerima didik, sekaligus membantu mengembangkan ilmu Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bagi penerima didik. Penyesuaian keilmuan terhadap perkembangan bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat pesat dengan tuntutan untuk membuat sumber daya insan yang berkualitas merupakan kebutuhan dan keniscayaan. Guru harus bisa mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu harus terus dilakukan biar kualitas proses dan hasil pembelajaran lebih baik, sehingga pada gilirannya sanggup meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa efektivitas pembelajaran dengan memakai TIK lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tradisional atau konvensional (Rusman:2013).

B.     KEUNTUNGAN
Dalam perspektif UNESCO, fungsi TIK sanggup berperan sebagai “alat” dan sebagai “subyek”. Memperkenalkan TIK dalam pendidikan/pembelajaran sebagai “alat” akan membuat informasi semakin cepat diakses, lebih murah dan lebih mudah. Dalam hal tertentu TIK di dunia pendidikan sanggup membuat pendidikan lebih gampang dijangkau, meningkatkan kualitas pendidikan, dan sebagai alat yang efektif dalam mengelola pendidikan. Sedangkan memperkenalkan TIK sebagai subyek dalam pembelajaran berarti ICT sebagai belahan yang vital untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan membentuk keterampilan.
Integrasi TIK dalam pendidikan, UNESCO memaparkan, bahwa kanal dan keterjangkauan pendidikan terhadap TIK akan bisa membuat pendidikan lebih baik, lantaran kanal terhadap informasi meningkat, memungkian kanal yang lebih tinggi terhadap pendidikan, memungkinkan mencar ilmu dimana saja dan kapan saja, dan mempertahankan mencar ilmu sepanjang hayat. Peran TIK dalam pendidikan sangat penting lantaran Taman Kanak-kanak bisa meningkatkan kualitas pendidikan, lantaran TIK bisa meningkatkan motivasi siswa, TIK bisa membuat mencar ilmu siswa lebih pribadi, TIK bisa meningkatkan pembelajaran, TIK bisa memperlihatkan umpan balik dan penguatan, TIK bisa meningkatkan kualitas pengajaran dan TIK bisa memperkaya proses mengajar.
Disamping itu TIK merupakan alat pengelolaan yang efektif. Efektifnya TIK dalam pengelolaan penddikan mencakup dua aspek, yaitu: 1) menghemat perencanaan dan sistem penyampaian dan 2) memfasilitasi pengambil kebijakan dan pengelola pendidikan. Oleh lantaran itu TIK dalam pendidikan harus dipahami secara menyeluruh termasuk tahapan-tahapan adopsi TIK dalam pendidikan. UNESCO sendiri telah membuat tahapan TIK dalam pendidikan, mirip tersaji pada gambar 1. UNESCO juga mengingatkan bahwa tantangan TIK kalau di implementasikan di dunia pendidikan ialah kapabilitas, koneksi, akses, konten dan kurikulum.
Alasan penggunaan teknologi menurut data empiris adalah: 1) menghipnotis unjuk kerja akademis penerima didik; 2) menbangun keterampilan berpikir tingkat tinggi dan pemecahan masalah; 3) meningkatkan motivasi, minat dan perilaku penerima didik terhadap belajar; 4) membantu penerima didik untuk menyiapkan dirinya di tempat kerja; dan 5) dibutuhkan bagi penerima didik dengan kemampuan adopsi mencar ilmu yang rendah serta gangguan-gangguan lainnya (Roblyer, M. D., & Doering, A.H. 2009). Lebih lanjut Roblyer memaparkan bahwa rasionalitas pemanfaatant teknologi digaris bawahi untuk meningkatkan motivasi, memperkaya metode pembelajaran, meningkatkan produktifitas dan melatih keterampilan penerima didik untuk memanfaatkan informasi periode digital.
Menurut Roblyer dan Doering (2009) teknologi menjunjukkan manfaat terbaiknya jika, 1) menyokong secara eksklusif kurikulum; 2) memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk berkolaborasi; 3) menyesuaikan pengalaman dan kemampuan awal penerima didik, memperlihatkan umpan balik dari dan oleh penerima didik ke pendidik ihwal kemajuan mencar ilmu penerima didik; 4) dipraktekan di kelas setiap hari; 5) memperlihatkan ruang bagi prakarsa anak didik untuk memperluas pengalaman belajarnya dan 6) teknologi mendapat dukungan dari anak didik, guru, pengambil kebijakan, komunitas dan pengelola pendidikan itu sendiri.
Banyak hal yang sanggup dijadikan alasan mengapa TIK sangat dibutuhkan dunia pendidikan, diantaranya:
1.      Adanya perkembangan TIK yang menjadi jembatan ilmu. Salah satu kiprah TIK di periode globalisasi ini ialah sebagai media informasi, contohnya internet. Peserta sanggup mengeksplorasi informasi yang ada di seluruh dunia dengan lebih efisien dan efektif hanya dengan mengakses internet.
2.      Selain kiprah TIK sebagai media informasi, perkembangan TIK sanggup pula dimanfaatkan penerima didik sebagai media komunikasi. Misalnya, memanfaatkan jaringan internet untuk chatting dan mailing, penerima didik sanggup berkomunikasi dengan saling bertukar informasi ihwal apa yang sedang dibahas. Tidak hanya komunikasi antara penerima didik, penerima didik dengan guru atau para hebat pun sanggup dilakukan. Dengan cara ini, penerima didik akan dengan cepat mendapat ide dan pengalaman dari aneka macam kalangan.
3.      Dengan adanya perkembangan TIK, mencar ilmu menjadi jauh lebih efisien. Proses pembelajaran tidak harus selalu dengan bertatap muka mirip jaman dahulu. Kini, proses pembelajaran sanggup dilakukan memanfaatkan perkembangan TIK yang ada, sehingga kita juga sanggup efisien dalam memakai waktu. Untuk di Indonesia sendiri, disebabkan oleh kondisi geografis yang merupakan negara kepulauan, TIK sangat bisa menjadi fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di Indonesia, lantaran TIK yang mempunyai kemampuan untuk memungkinkan pembelajaran jarak jauh. Inilah sebabnya mengapa perkembangan TIK disebut dengan penghilang batas ruang dan waktu.
4.      Adanya fakta bahwa penerima didik lebih termotivasi untuk mencar ilmu dengan metode mencar ilmu yang memakai akomodasi multimedia daripada metode mencar ilmu konvensional.
5.      Berkembangnya TIK juga berperan dalam hal mengelola institusi pendidikan. Peran yang dimaksud ialah memudahkan institusi pendidikan untuk menyediakan layanan informasi untuk para penerima didik, mirip informasi ihwal biaya pendidikan, kurikulum, pembimbing, dan sebagainya. Serta untuk megelola manajemen operasional dengan lebih efisien, efektif, dan optimal.

TIK mempunyai peranan yang cukup banyak dalam sektor pendidikan, diantaranya:
1.      TIK sebagai keahlian dan kompetensi. Maksudnya, penggunaan TIK harus proporsional atau TIK bisa masuk ke semua lapisan masyarakat tapi sesuai dengan porsinya masing-masing.
2.      TIK sebagai infratruktur pembelajaran. Infrastruktur pembelajaran di sini maksudnya ialah tersedianya bahan belajar dalam format digital, jaringan ialah sekolah, sehingga mencar ilmu bisa dijangkau di mana saja dan kapan saja.
3.      TIK sebagai sumber materi belajar. Hal ini mengenai buku dan materi mencar ilmu yang diperbaharui secara kontinyu dengan memakai teknologi. Karena tanpa teknologi,  pembelajaran yang up-to-date membutuhkan waktu yang cukup lama.
4.      TIK sebagai alat bantu dan akomodasi pembelajaran. Seperti yang kita ketahui, akomodasi TIK sangat membantu proses pembelajaran. Contohnya, dalam memberikan informasi, dengan memakai akomodasi multimedia informasi akan cepat hingga ke penerima didik dengan lebih akurat lantaran dengan adanya aneka macam akomodasi multidedia tersebut, penerima didik lebih termotivasi untuk mencar ilmu dan mengeksplorasi pengetahuannya secara lebih luas.
5.      TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran. TIK sangat mendukung dalam hal mengelola pembelajaran, lantaran intinya tiap individu memerlukan dukungan pembelajaran yang tanpa henti.
6.      TIK sebagai sistem pendukung keputusan. Dalam mengambil sebuah keputusan, setiap individu mempunyai alasan tersendiri. Oleh lantaran itu, dibutuhkan informasi menurut fakta yang ada dalam mengambil sebuah keputusan.

C.    KERUGIAN
1.      Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudahterjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) lantaran semakin mudahnya mengakses data mengakibatkan orang yang bersifat plagiatis akan melaksanakan kecurangan.
2.      Walaupun sistem manajemen suatu forum pendidikan bagaikan sebuah system tanpa celah, akan tetapi kalau terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat fatal.
3.      Salah satu dampak negatif televisi ialah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention).
4.      Penerapannya membutuhkan biaya yang reatif besar.
5.      Rentan terhadap penyalah gunaan fungsi.
6.      Guru dalam mengoperasikan beberapa saran pendukung penerapan ICT mirip komputer dituntut mempunyai keahlian tinggi.
7.      Suit diterapkan di sekolah yang kurang maju yang pada umumnya terdapat di pedesaan.
D.    TANTANGAN
Integrasi teknologi di dunia pendidikan tidaklah menyasar pada satu obyek yang tunggal, melainkan integrasi harus melibatkan pendidik, penerima didik, pengelola sekolah dan staf pengelola pendidikan. Pendidik dengan kiprah stategis harus lebih awal membudayakan teknologi dalam proses profesinya. Integrasi teknologi bagi pendidik (guru) mirip direkomendasikan oleh Badan Standar Nasional Teknologi untuk Pendidikan (ISTE, 2007) bahwa guru harus mempunyai kompetensi, dalam hal: 1) guru harus bisa memfasilitasi dan menginspirasi kreatifitas penerima didik; 2) guru harus bisa merancang dan mengembangkan pengalaman mencar ilmu periode digital lengkap dengan metode asesmennya; 3) guru harus bisa menjadi pioner model mencar ilmu periode digital; 4) guru harus bisa mempromosikan teknik teknik integrasi teknologi yang terbaik dan 5) guru harus senantiasa mengembangkan perilaku profesionalisme dan kepemimpinan.
Terkait dengan paparan diatas maka, model integrasi teknologi dalam pembelajaran harus secara berpengaruh menyertakan landasan teori mencar ilmu dan bagaimana anak didik belajar. Agr Integrasi teknologi sukses maka beberapa hal yang esensi adalah: 1) integrasi dilandasi oleh teori belajar; 2) mengindentifikasi kelemahan dan kekuatan teknologi; 3) integrasi mengacu pada model yang handal dan 4) integrasi harus berada pada kondisi yang ideal.
Selain itu  perlu dibangun kesadaran akan  kemudahan-kemudahan pemanfaatan ICT dalam proses pembelajaran, penyediaan perangkat hardware dan software yang memadai untuk pemanfaatan ICT, penyiapan sumber daya insan dalam penggunaan ICT merupakan belahan yang sangat penting dalam kelancaran dan keberhasilan pemanfaatan ICT dalam pembelajaran. Guru guru perlu mendapat banyak training pelatihan dasar ihwal bagaimana bisa memanfaatkanICT, data data, informasi yang ada di internet yang begitu banyak yang dapatdimanfaatkan sebagai sumber belajar.
Perkembangan TIK memang mempunyai banyak manfaat, khususnya dibidang pendidikan. Oleh lantaran itu, banyak orang yang ingin segera memanfaatkannya. Namun, tidak bisa dipungkiri pemanfaatan TIK di dalam dunia pendidikan mempunyai beberapa kendala, di antaranya:
1.      Kurangnya pengadaan infrastruktur TIK. Hal ini disebabkan sulit dijangkaunya beberapa kawasan tertentu di Indonesia, sehingga penyebarannya tidak merata. Masih banyak kawasan yang sulit dijangkau oleh alat transportasi. Untuk mencapai kawasan yang dituju, hanya sanggup ditempuh dengan berjalan kaki. Sedangkan dengan berjalan kaki, tidak memungkinkan untuk membawa aneka macam peralatan multimedia.
Belum meratanya infrastuktur yang mendukung penerapan TIK di bidang pendidikan merupakan permasalahan awal yang harus segera diselesaikan oleh pihak yang berwenang, lantaran tanpa adanya infrastruktur yang mendukung maka penerapan TIK di bidang pendidikan hanya akan menjadi harapan semata. Infrastruktur merupakan komponen yang sangat penting yang berfungsi sebagai modal awal dan utama dalam penerapan TIK di bidang pendidikan. Pada ketika ini, terdapat kecenderungan bahwa hanya kawasan tertentu saja yang mendapat kanal TIK. Hal ini dikarenakan masih banyak kawasan yang bahkan untuk memilki akses  telepon saja tidak ada, apalagi untuk kanal terhadap Internet. Padahal gotong royong banyak sekali potensi sumber daya insan unggul yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Jika hal ini terus berlangsung mirip ini maka dikhawatirkan bahwa potensi sumber daya insan yang dimiliki kawasan tersebut akan terbuang dengan percuma dan tidak sanggup dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa Indonesia pada umumnya.
Sarana dan prasarana yang belum memadai terutama untuk sekolah-sekolah
yang berlokasi di pelosok. Walaupun sudah ada sarana dan prasarana, tetapi masih sangat minim baik dari segi jumlah maupun segi mutu peralatan tersebut.
2.      Ketidaksiapaan sumber daya manusia  untuk memanfaatkan TIK dalam proses pembelajaran. Ketidaksiapan ini dikarenakan pola kebiasaan pembelajaran yang masih belum menganggap penting peranan TIK dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Mereka cenderung sudah merasa puas akan materi yang telah diberikan oleh pengajar secara langsung, sehingga mengakibatkan mereka tidak mau / malas untuk mencari informasi tambahan yang ada di Internet walaupun sarana dan infrastruktur sudah mendukung dalam penerapan TIK. Terkadang hambatan ini jauh lebih susah untuk dipecahkan daripada tidak adanya infrastruktur yang mendukung TIK, hal ini lantaran biasanya lebih susah untuk mengubah pola tingkah laku/ kebiasaan dari seseorang. Oleh lantaran itu, perlu adanya kesadaran dari setiap individu pembelajar untuk memanfaatkan dan menerapkan TIK dalam metode pembelajarannya.
3.      Hambatan – hambatan penggunaan TIK dalam proses mencar ilmu mengajar ada tiga, yaitu:
·         Kurangnya kepercayaan diri guru memakai TIK dalam melaksanakan proses mencar ilmu mengaiar. Guru takut gagal mengajar melalui penggunaan TIK yang ketika ini sangat disarankan.
·         kurangnya kompetensi guru, yang dimaksud disini ialah kurangnya kompetensi guru dalam mengintegrasikan TIK kedalam pedagogis praktek, yaitu tidak mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam memakai komputer dan tidak antusias ihwal perubahan dan integrasi dengan mencar ilmu yang memakai computer dalam kelas mereka.
·         Sikap guru dan resistensi yang menempel terhadap perubahan. Sikap dan resistensi guru untuk mengubah ihwal penggunaan taktik gres yaitu dengan integrasi TIK dalam proses mencar ilmu mengajar. Hal ini dimaksudkan dengan perilaku guru bahwa penggunaan TIK dalam proses mencar ilmu mengajar tidak mempunyai manfaat atau laba yang jelas).
4.      Masih digunakannya perangkat multimedia bekas di lembaga-lembaga pendidikan yang terdapat di kawasan pedesaan. Perangkat multimedia bekas ini tentunya masih memakai spesifikasi yang sudah tertinggal jamannya. Sehingga penggunaannya tidak bisa bersaing dengan laju perkembangan TIK yang begitu pesat.
5.      Mahalnya biaya pengadaan dan penggunaan akomodasi TIK. Hal ini dikembalikan lagi kepada pemerintah. Dapat kita lihat pemerintah masih pelit mengalokasikan dana untuk pengadaan akomodasi TIK yang sanggup menunjang pendidikan Indonesia. Sebagai contoh, pengadaan akomodasi di kawasan pedesaan masih sangat minim. Sementara di kota sudah hampir merata, terutama di lembaga-lembaga pendidikan unggulan.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dibutuhkan langkah-langkah penyelesaian yang sekaligus berfungsi sebagai prasyarat keberhasilan penerapan TIK dalam dunia pendidikan / pembelajaran. Langkah-langkah tersebut antara lain sebagai berikut:
1.      Pembelajar dan Pengajar harus mempunyai kanal terhadap teknologi digital dan Internet dalam kelas, sekolah, dan forum pendidikan. Ini berarti sekolah harus mempunyai sarana prasarana yang memadai yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi, mirip tersedianya komputer/laptop, jaringan komputer, internet, laboratorium komputer, peralatan multimedia mirip CD, DVD, Web Camera dan lain-lain.
2.      Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi pembelajar dan pengajar. Materi-materi itu sanggup berupa materi pembelajaran interaktif yang berbantuan komputer, mirip CD, DVD Pembelajaran Interaktif.
3.      Pengajar harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam memakai alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu pembelajar biar mencapai standar akademik. Pengembangan professional seorang guru harus ada waktu yang cukup, dan perlu dukungan teknis yang harus diberikan kepada guru.
4.      Harus tersedia anggaran atau dana yang cukup untuk untuk mengadakan, mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut.
5.      Adanya kemauan dari semua pihak, dalam hal ini guru dan penerima didik untuk menerapkan pembelajaran dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi tersebut.

E.     KURIKULUM
Amanat standar proses (Permendiknas 41 Tahun 2007) yang menyatakan proses pembelajaran dilaksanakan harus inspiratif, interaktif, menyenangkan, momotivasi dan menantang untuk berpartisipasi aktif, serta memperlihatkan ruang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai bakat, minat serta perkembangan fisik, psikologis penerima didik jauh dari harapan. Ambil suatu contoh! Masih banyak kita temui bawah umur takut untuk pergi kesekolah, lantaran sekolah tidak menyenangkan dan dalam benak siswa sekolah masih ibarat penjara. Padahal semenjak tahun 2013 pemerintah sudah memberlakukan kurikulum 2013. Kenyataan ini justru berbanding terbalik dengan rasionalitas, alasan dan tujuan perubahan kurikulum 2013 yang dicanangkan pemerintah. Lebih tragis lagi ketika harapan besar tertumpu pada kurikulum 2013, justru bawah umur mendapat perlakuan yang tidak memperhatikan perkembangan psikologis anak, mirip informasi hangat yang terjadi pada sekolah international, Jakarta International School (JIS).
Berbagai kondisi ketika ini tidak dekat dengan anak didik. Kondisi yang demikian parah ini lebih parah ketika mata pelajaran TIK dihilangkan dalam struktur kurikulum 2013. Menteri Pendidikan, Muhammad Nuh dalam suatu kesempatan di Malang menyampaikan “guru-guru tidak lagi dibebani dengan urusan administratif, kiprah guru dalam kurikulum 2013 hanya mengajar”. Lebih lanjut Pak Menteri mengatakan, “ —begitu juga, buku-buku materi pelajaran akan semuanya dibentuk dipusat, guru hanya melaksanakan pengajaran saja”. Pernyataan Pak Menteri ini kontrakdiktif dengan substansi yang ada pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomr 16 Tahun 2007 ihwal Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, dalam hal: 1) pada kompetensi pedagogik sangat terperinci dinyatakan bahwa guru memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran, 2) pada kompetensi profesional sangat terperinci tersurat guru mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara efektif dan 3) guru memanfaatkan TIK untuk mengembangkan diri.
Hilangnya muatan TIK dalam struktur kurikulum 2013 juga kontraktif dengan tuntutan kemajuan zaman dimana penguasaan TIK seharusnya ditingkatkan melalui training yang berkelanjutan, bukannya di lebur dengan konsep yang belum jelas. Padahal TIK mirip diamanatkan UNESCO, harus dilihat pada dua aspek. Aspek tersebut, yaitu: learn to use ICT dan use ICT to learn ( Unesco Toolkit ICT, 2009). Begitupula pemetaan untuk memperoleh citra ICT di sekolah-sekolah belum dilakukan dengan serius, sehingga kita sangat sulit mendapat data yang valid untuk pengkajian lebih lanjut. Hal ini diperparah lagi dengan tidak adanya kebijakan atau masterplan ICT di Indonesia. Kondisi ini tentunya berbanding terbalik dengan keseriusan pemerintah Malaysia dan Singapura yang telah mempunyai masterplan ICT yang terencana, terarah dan valid untuk pengkajian lebih lanjut.

F.     FASILITAS
Penting untuk memahami, bahwa TIK tidak dipahami dengan sederhana yang menyangkut komputer dan internet. Namun, TIK terdiri dari peralaatan, layanan dan teknologi seperti: radio, sistem satalit, televisi, video, DVD, telepon, komputer (termasuk jaringan), video konferensi dan juga surat elektronik. Disebagian negara berkembang dimana kanal internet dan komputer masih sangat terbatas, maka penggunaan piranti elektronik merupakan solusi yang penting, lantaran sanggup dipakai dalam mencapai tujuan pendidikan, gampang diperoleh kebanyakan orang dan terjangkau.

G.    CONTOH PEMBELAJARAN DENGAN TIK
Salah satu pola pengembangan TIK di sekolah yaitu dengan pemanfaatan video pembelajaran, aplikasi internet, CD Room, dan software acara TIK. Dengan pemanfaatan program-program software menimbulkan pembelajaran lebih mudah. Yang menjadi hambatan ialah bahwa penyediaan software ini tidak banyak mungkin juga tidak gratis. Di Indonesia sudah mulai dikembangkan software yang bisa diunduh melalui rumah bakir dan bisa diakses kapan saja.
TIK dalam dunia pendidikan dipakai untuk menunjang proses pembelajaran. Berikut ialah beberapa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran:
1.      Memanfaatkan akomodasi multimedia yang sudah tersedia untuk mempermudah kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran. Misalnya, untuk presentasi. Jika dahulu presentasi hanya memakai media OHP yang monoton, kini presentasi sudah sanggup ditampilkan dengan LCD projector dan dibentuk lebih kreatif dengan menampilkan aneka macam konten multimedia, mirip gambar, video, suara, dan sebagainya.
2.      Memanfaatkan internet untuk proses pembelajaran jarak jauh (kelas virtual). Kelas virtual ini sudah menjadi tren di periode globalisasi sekarang. Karena kelas virtual mmiliki beberapa keuntungan, seperti: penerima didik sanggup mengekspresikan diri, bersosialisasi, saling membuatkan pengetahuan, meningkatkan kreativitas, dan menumbuhkan cara mencar ilmu yang mandiri.
3.       Memungkinkan penerima didik untuk berdemonstrasi dengan perangkat multimedia yang ada. Misalnya, menampilkan suatu kegiatan eksperimen dengan tujuan untuk memperlihatkan bagaimana cara yang dilakukan dalam eksepimen tersebut.
Contoh integrasi yang bisa guru kelas lakukan secara berdikari maupun dengan pemberian guru TIK di lab komputer maupun dengan komputer yang ada dikelas, kegiatannya antara lain :
  1. Membuat diagram
  2. Membuat rentang waktu (time line)
  3. Membuat grafik
  4. Membuat sajak atau naskah
  5. Membuat karya video
  6. Memproduksi rekaman bunyi mirip orang sedang melaksanakan siaran radio atau pendongeng
  7. Membuat karya puisi, kisah atau naskah pementasan
  8. Merancang booklet
  9. Merancang brosur atau atribut aksesori kampanye lingkungan hidup misalnya
  10. Membuat peta pikiran
  11. Membuat lukisan dengan computer
  12. Membuat komik
  13. Membat skema ruangan
  14. Memutar CD Rom
  15. Mencari informasi di internet





REFERENSI

Rusman dkk. (2013). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada










http://merryfitrinurdiyani.blog.upi.edu/

0 Response to "Integrasi Tik Dalam Pembelajaran"

Total Pageviews