Latest News

Menulis Jurnal

MENULIS  JURNAL

A. WAWASAN
Menulis jurnal pribadi menjadi hal umum di kelas SD, dan siswa memperoleh pengalaman  menulis yang berharga melalui kegiatan ini. Siswa menjadi penulis yang lebih lancar sebab mereka berguru bagaimana untuk menentukan topik yang menjanjikan dan mengembangkan ide. Mereka memulainya melalui mengeja dan berguru lebih lanjut perihal bahasa tertulis, termasuk bagaimana memakai abjad kapital dan tanda baca dengan tepat. Namun seiring waktu, beberapa siswa mengalami kebosanan  menulis jurnal perihal diri mereka sendiri, keluarga mereka, dan kegiatan sehari-hari mereka. Mereka ingin melaksanakan jenis menulis yang lain. Karena guru mengakui nilai jurnal sebagai alat untuk belajar, mereka bertanya-tanya bagaimana mereka mungkin menyesuaikan diri menulis jurnal untuk tujuan instruksional lainnya. Salah satu gosip perihal menulis jurnal adalah:
Jurnal apa sajakah yang sanggup dipakai di kelas SD?
Semua jenis orang, menyerupai seniman, ilmuwan, penari, politisi, penulis, pembunuh, dan anak-anak-menyimpan jurnal (Mallon dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Orang biasanya merekam dalam jurnal mereka kejadian sehari-hari dari kehidupan mereka dan isu-isu yang menjadi perhatian mereka. Jurnal ini, biasanya ditulis dalam bentuk buku catatan, catatan pribadi, dan tidak dimaksudkan untuk tampilan publik. Jurnal lain mungkin disebut jurnal "kerja", di mana pengamatan penulis catatan dan informasi lainnya yang akan dipakai untuk tujuan lain;. Misalnya, petani mungkin merekam cuaca atau mendata tanaman, atau tukang kebun perihal siklus mekar tumbuhan mereka.*
Jurnal dari beberapa tokoh masyarakat telah bertahan selama ratusan tahun dan memberikan sekilas menarik dari penulis mereka dan waktu di mana mereka tinggal. Sebagai contoh, Renaissance jenius Leonardo da Vinci tercatat aktivitasnya sehari-hari, mimpi, dan rencana untuk lukisan dan rekayasa proyek di lebih dari 40 buku catatan. Pada tahun 1700-an teolog Puritan Jonathan Edwards didokumentasikan kehidupan spiritualnya dalam jurnalnya. Pada final 1700-an penjelajah Amerika Meriwether Lewis dan George Rogers Clark menyimpan jurnal dari perjalanan mereka di seluruh benua Amerika Utara, lebih untuk geografis dari penggunaan pribadi. Pada masa kesembilan belas penulis Amerika Henry David Thoreau mengisi 39 buku catatan dengan esainya. Penulis Perancis Victor Hugo membawa buku catatan saku kecil untuk mencatat  ide-ide yang mereka dapatkan, bahkan pada saat-saat yang tidak sempurna menyerupai dikala berbicara dengan teman-teman. Penulis Amerika F. Scott Fitzgerald mengisi buku catatan dengan potongan percakapan yang terdengar, banyak yang kemudian  ia gunakan dalam The Great Gatsby dan novel lainnya. Anne Frank, yang menulis sambil bersembunyi dari Nazi selama Perang Dunia II, ialah penulis buku harian anak yang paling terkenal.
Istilah buku harian dan  jurnal sering dipakai secara sinonim. Buku harian  kadang-kadang dianggap lebih pribadi.  Apakah catatan  yang ditulis belum dewasa disebut buku harian atau jurnal tidak penting; untuk kenyamanan, kami memakai istilah jurnal untuk merujuk pada jenis tulisan.
B. TUJUAN MENULIS  JURNAL
Siswa SD memakai jurnal untuk banyak sekali keperluan, menyerupai orang dewasa. Setiap jenis jurnal fokusnya ialah  pada penulis dan goresan pena bersifat pribadi. Siswa menulis secara impulsif dan terorganisir secara bebas, dan sering ada kesalahan  mekanis sebab siswa berfokus pada pemikiran, bukan pada ejaan, kapitalisasi, dan tanda baca.  Beberapa tujuan untuk menulis jurnal dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) antara lain:
1.Merekam pengalaman
2.Merangsang minat dalam topik
3.Menjelajahi pikiran
4.Membuat pengalaman belajar
5.Mengembangkan interpretasi
6.Bertanya-tanya, memprediksi, dan berhipotesis
7.Terlibat imajinasi
8.Mengajukan pertanyaan
9.Mengaktifkan pengetahuan awal
10.Mengasumsikan kiprah orang lain
11.Berbagi pengalaman dengan para pembaca di dunia





C. JENIS JURNAL
1. Personal Journals (Jurnal Pribadi)
Siswa menulis kejadian dalam kehidupan  mereka sendiri dan topik menarik lainnya khusus di jurnal pribadi. Jurnal ini ialah jenis yang paling pribadi, adakala siswa memberikan apa yang mereka tulis, kadang tidak. Jika guru membaca jurnal-jurnal ini, mereka tidak bermaksud mengoreksi ejaan yang benar atau kesalahan lainnya. Sebaliknya mereka merespon sebagai pembaca yang tertarik, sering bertanya dan memperlihatkan komentar atau tanggapan perihal kehidupan mereka.
Berikut daftar topik yang bisa dipakai untuk siswa sekolah dasar:
1.Tempat favorit di kota
2.Teman
3.Hal yang menciptakan murung tau gembira
4.Music
5.Mobil
6.Majalah yang disukai
7.Mimpi yang saya punya
8.Kartun
9.Tempat tinggal
10.Film favorit
11.Jika saya menjadi bintang film
12.Puisi
13.Hewan peliharaan
14.Sepakbola
15.Astronot
16.Presiden
17.Humor
18.Motor
19.Jika saya punya 3 permintaan
20.Guruku
21.Acara TV yang saya tonton
22.Liburan favoritku
23.Apa yang saya inginkan ketika sudah dewasa
24.Bagaimana menjadi superhero
25.Dinosaurus
26.Ayahku/ibuku
27.Jika saya binatang atau hal lain
28.Buku yang saya baca
29.Hobiku
30.Jika saya mempunyai uang banyak
Siswa sanggup menentukan topik mereka sendiri, namun beberapa siswa mungkin kesulitan untuk menentukan apa yang akan mereka tulis. Kaprikornus adanya daftar topik yang disediakan guru akan menjadi pembuka inspirasi untuk menulis. Daftar tersebut juga bisa ditambahkan sendiri oleh siswa. Dengan kata lain, siswa sanggup menentukan tema yang belum disediakan guru.
Privasi menjadi gosip penting ketika siswa mulai tumbuh dewasa. Kebanyakan belum dewasa bersedia untuk membuatkan atau memberikan apa yang mereka tulis. Namun, seiring dengan peningkatan usia dan kelas, kesediaan siswa untuk memberikan jurnal pribadi di depan kelas mulai berkurang,. Mereka hanya mau membuatkan dengan guru yang mereka percaya.  Guru harus tahu menghormati privasi siswa. Guru dihentikan memaksakan siswa harus membuatkan goresan pena mereka ketika mereka tidak mau melakukannya. Hal itu juga penting untuk dijelaskan kepada setiap siswa untuk menghargai privasi, termasuk tidak membaca jurnal teman-temannya tanpa izin. Untuk melindungi privasi siswa, banyak guru yang menyimpan jurnal pribadi pada rak luar (tertentu) dikala sedang tidak digunakan.
Ketika siswa membuatkan informasi pribadi dengan guru melalui jurnal mereka, persoalan kedua muncul. Kadang-kadang guru bisa mengetahui rincian perihal persoalan siswa dan kehidupan keluarga yang mereka tidak tahu bagaimana menangani. Isi perihal kekerasan terhadap anak, bunuh diri, atau penggunaan obat mungkin cara anak untuk meminta bantuan. Meskipun guru bukan seorang konselor, mereka mempunyai kewajiban aturan untuk melindungi siswa mereka dan melaporkan persoalan yang bisa mengganggu kegiatan sekolah mereka. Kadang siswa sengaja menulis persoalan pribadi ke dalam sebuah catatan sebagai taktik menarik perhatian. Jika terjadi hal itu mintalah kepada siswa untuk membicarakannya kepada seorang konselor dan pastikan keselamatan siswa terjamin.

2. Dialogue Journals (Jurnal Dialog)
Pendekatan lain untuk menulis jurnal ialah jurnal dialog. Sebuah pendekatan di mana siswa dan guru berkomunikasi dengan satu sama lain melalui goresan pena (Bode, Gambrell dan Staton, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Jurnal ini bersifat interaktif sebab dengan adanya percakapan. Jurnal ini memberikan kesempatan kepada setiap siswa dan guru untuk berkomunikasi.  Kesempatan yang sulit didapatkan ketika sedang pembelajaran berlangsung. Setiap hari siswa menulis hal yang tidak resmi kepada guru perihal sesuatu yang menarik atau persoalan yang dihadapi dan guru memberikan respon. Siswa menentukan topik mereka sendiri dan biasanya mengendalikan arah penulisan. Staton dalam Tompkins dan Hoskisson (1995), menyarankan beberapa hal untuk menanggapi goresan pena siswa dan melanjutkan dialog, antara lain:
a.Mengakui inspirasi siswa dan mendorong mereka untuk terus menulis perihal ketertarikannya.
b.Dukung siswa dengan memuji mereka perihal sikap dan kiprah sekolah.
c.Memberikan informasi gres perihal topik, sehingga siswa akan ingin membaca tanggapan guru
d.Tulis kekurangan yang dilakukan siswa.
e.Hindari komentar tidak spesifik menyerupai "ide yang bagus" atau "sangat menarik."
f.Tanyakan beberapa pertanyaan.
Tanggapan guru tidak perlu panjang, satu atau dua kalimat sudah cukup. Meskipun begitu, hal itu sudah membutuhkan waktu yang cukup banyak  untuk menanggapi 25, 30 jurnal atau lebih setiap harinya.. Sebagai alternatif, banyak guru membaca dan menanggapi atau memberi masukan dalam jurnal siswa secara bergiliran. Guru bisa menanggapi satu kelompok siswa satu ahad dan kelompok lain ahad depan.
 Jurnal ini bukan serangkaian tanya jawab guru dan siswa, sebagai gantinya, siswa dan guru mengalami dialog, atau percakapan, dan pertukaran ini dibangun di atas saling percaya dan menghormati. Jurnal obrolan bisa efektif dalam menangani siswa yang mempunyai persoalan sikap atau jenis persoalan lain di sekolah (Staton dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Guru dan siswa menulis perihal persoalan dan mengidentifikasi cara untuk mengatasinya. Di kemudian hari dikala isinya mencerminkan kemajuan siswa dalam pemecahan masalah, guru merespon pesan siswa, mengajukan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi, atau memperlihatkan simpati dan pujian.
Kreeft dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) beropini bahwa nilai terbesar dari jurnal obrolan ialah bahwa mereka menjembatani kesenjangan antara berbicara dan menulis. Jurnal tersebut ialah adalah percakapan tertulis.
Jurnal obrolan sangat efektif dalam mendukung pengembangan penulisan belum dewasa yang berguru bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Para peneliti telah menemukan bahwa siswa yang mempunyai keterbatasan dalam bahsa Inggris lebih berhasil ketika mereka menentukan topik mereka sendiri untuk dituliskan dan guru mereka berkontribusi pada obrolan dengan seruan untuk jawaban, pernyataan, dan komentar lainnya (Peyton, Seyoum, Reyes dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Tidak mengherankan, guru akan menemukan bahwa siswa menulis lebih banyak ketika guru meminta balasan daripada ketika guru menciptakan komentar yang tidak membutuhkan jawaban. Reyes dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) juga menemukan bahwa siswa bilingual jauh lebih berhasil dalam menulis isi  jurnal obrolan daripada menuliskan tanggapan buku yang mereka baca.
3. Writing Notebooks
Writing Notebooks ialah jenis khusus dari jurnal di mana siswa merekam banyak sekali informasi perihal menulis. Seringkali siswa memakai buku catatan ini untuk mencatat dikala pembelajaran. Isinya termasuk ide-ide untuk menulis, informasi konten lainnya, aturan perihal penggunaan koma, dan informasi mekanis lainnya perihal tanda baca, kapitalisasi, dan hal yang perlu penulis ketahui untuk menulis dengan baik. Informasi lain yang siswa simpan meliputi contoh-contoh ini:
a.Daftar inspirasi untuk masa depan, pengaturan yang menarik, atau deskripsi karakter
b.Cuplikan obrolan (mendengar atau diciptakan)
c.Catatan perihal unsur-unsur dari struktur cerita, termasuk karakteristik awal, pertengahan, dan ujung cerita
d.Bagan menggambarkan formula puitis
e.Daftar perbandingan yang mereka cari di buku yang mereka baca
f.Sinonim untuk kata-kata terlalu sering digunakan, menyerupai dikatakan atau anggun atau bagus
g.Permodalan dan tanda baca aturan
h.Daftar kata-kata umum salah eja
i.Daftar homonym, dan lain-lain
Dengan merekam informasi perihal menulis dalam buku catatan jurnal, siswa menciptakan buku acuan permanen.
Menulis buku catatan juga berfungsi untuk menulis folder di mana siswa menulis draf cerita, puisi, dan karya lain dari hasil karya mereka. Beberapa siswa menulis dongeng panjang dalam bab-bab atau episode, yang mereka wujudkan pada penulisan lokakarya, menulis jurnal harian, atau periode acara bebas.
4. Reading Log
Siswa menulis dalam reading log perihal dongeng dan buku-buku lain yang mereka baca atau mendengarkan guru membacakan selama unit fokus sastra dan membaca lokakarya. Daripada hanya meringkas bacaan mereka, siswa menghubungkaan apa yang mereka baca dengan kehidupan mereka sendiri atau literatur lain yang mereka baca. Siswa juga sanggup menciptakan daftar kata-kata yang menarik atau asing, menuliskan kutipan yg boleh disebut, dan mengambil catatan perihal karakter, plot, atau unsur-unsur dongeng lainnya. Tujuan utama jurnal ialah supaya siswa berpikir perihal buku, hubungan sastra bagi kehidupan mereka, dan mengembangkan interpretasi mereka sendiri. Jurnal ini ada dengan banyak sekali nama, termasuk jurnal dongeng menutut Farris, jurnal respon sastra berdasarkan Hancock, jurnal sastra berdasarkan Lima dan jurnal membaca berdasarkan Wollman-Bonilla dalam Tompkins dan Hoskisso ( 1995) tetapi tidak peduli apa yang mereka sebut, tujuan mereka tetap sama.
Guru dan peneliti, Barone, Dekker, Hancock dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) telah meneliti isi Reading Log siswa dan telah mengidentifikasi beberapa kategori respon antara lain:
a.Pertanyaan terkait untuk memahami teks
b.Interaksi dengan karakter
c.Empati dengan karakter
d.Prediksi dan validasi
e.Pengalaman pribadi
f.Perasaan pribadi, dan opini
g.Evaluasi sederhana dan rumit
h.Refleksi filosofis
Ketika siswa mulai menulis Reading Log, isi  pertama mereka sering menceritakan kembali dan ringkasan plot, tetapi semakin siswa memperoleh pengalaman membaca dan menanggapi sastra, isi mereka menjadi lebih interpretatif dan pribadi.
Dian Nugraheni dalam www.baltyra.com menceritakan di Amerika siswa sekolah diberikan blangko berjudul “READING LOG”. Isinya berupa tanggal mulai dan selesai membaca, judul buku, pengarang, dan yang terpenting ialah frase dan kepingan mana yang dirasa menarik dari bacaan tersebut. Jadi, tiap hari siswa “wajib” membaca di rumah, untuk anak SD diberikan waktu 30 menit. Hari berikutnya, “READING LOG” ini akan diperiksa guru, dan kemudian diberikan paraf. Untuk menciptakan siswa senang, kadang diberikan hadiah, meskipun hanya stiker sebesar kuku jari. Bacaan dipinjam dari perpustakaan. Bagi siswa yang belum lancer dalam membaca boleh dibacakan oleh orang yang lebih dewasa, menyerupai orang tua, kakak, dan sebagainya.
Jenis-Jenis Reading Log antara lain:
a.Dialoguing About Literature
Siswa sanggup memakai jurnal obrolan untuk menulis ke sahabat sekelas atau guru perihal buku-buku yang mereka baca (Atwell, Barone, Dekker dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Pada isian jurnal ini, siswa menulis perihal buku yang mereka baca, membandingkan buku kepada orang lain oleh penulis yang sama atau orang lain yang mereka telah membaca, dan memperlihatkan pendapat perihal buku tersebut dan apakah sahabat sekelas atau guru mungkin menikmati membacanya.
Pendekatan ini sangat efektif workshop membaca ketika siswa membaca buku yang berbeda. Siswa saling berpasangan untuk menciptakan jurnal obrolan perihal isi buku. Kegiatan ini memberikan kesempatan untuk bersosialisasi. Tergantung jenis bacaan siswa, apakah buku bergambar yang relatif singkat atau buku tebal, mereka sanggup menulis isi jurnal obrolan setiap hari atau seminggu sekali.
Sebelum siswa mulai menulis isi jurnal dialog, guru menjelaskan terlebih dahulu format goresan pena  mereka, perihal bagaimana memanfaatkan dan menggarisbawahi judul buku, dan perihal pentingnya mengajukan pertanyaan dalam isian mereka sehingga responden bisa gampang menjawab.

b.Duoble-Entry Jurnal
Jenis khusus dari Reading Log ialah Double-Entry Jurnal (Barone,Berthoff dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Siswa membagi halaman jurnal mereka menjadi dua kolom, di kolom kiri mereka menulis kutipan dari dongeng atau buku lain yang mereka baca, dan di kolom kanan mereka menghubungkan setiap kutipan dengan kehidupan pribadi  dan literatur yang mereka baca. Melalui Reading Log, siswa menjadi lebih terlibat ke dalam apa yang mereka baca, kalimat catatan yang berafiliasi pribadi, dan menjadi lebih sensitif terhadap bahasa penulis.
Double-Entry Jurnal sanggup dipakai dengan beberapa cara lain. Siswa sanggup menulis "Catatan Membaca" di kolom kiri dan kemudian menambahkan "Reaksi" di kolom sebelah kanan. Pada kolom kiri  siawa menulis perihal kejadian yang mereka baca di kepingan ini. Kemudian pada kolom kanan mereka menciptakan hubungan pribadi dengan kejadian.
Alternatif lain, siswa sanggup memakai judul "Catatan Membaca" untuk satu kolom dan "Catatan Diskusi" untuk kolom kedua. Siswa menulis catatan bacaan sesudah selesai membaca. Kemudian, sesudah berdiskusi perihal dongeng atau kepingan dari buku tersebut, siswa menambahkan catatan diskusi. Seperti halanya dengan jenis lain dari Double-Entry Jurnal, kolom kedua  digunakan siswa untukmembuat komentar lebih interpretatif.
Siswa  tingkat rendah sanggup memakai format Double-Entry Jurnal untuk jurnal prediksi (Macon, Bewell, danVogt dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Mereka memberi label pada kolom sebelah kiri dengan "Prediksi" dan kolom kanan dengan "Apa yang terjadi." Pada kolom kiri mereka menulis atau menggambar apa yang mereka perkirakan akan terjadi pada dongeng atau kepingan sebelum membacanya. Kemudian sesudah membaca, di kolom kanan mereka menggambar atau menulis apa yang bahu-membahu terjadi.
5. Learning Log
Siswa menulis dalam Learning Log untuk merekam atau bereaksi terhadap apa yang mereka pelajari dalam pelajaran matematika, IPA, IPS, materi lainnya. Fulwiler dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) menjelaskan: "Ketika orang-orang menulis perihal sesuatu yang mereka pelajari itu lebih baik". Siswa menulis jurnal ini untuk merefleksikan apa yang mereka pelajari, menemukan kesenjangan dalam pengetahuan mereka, dan mengeksplorasi hubungan antara apa yang mereka pelajari dan pengalaman masa kemudian mereka.
a. Dalam Matematika.
Siswa memakai Learning Log untuk menulis perihal apa yang mereka pelajari dalam Matematika (Salem dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Mereka mencatat penjelasan dan teladan konsep yang disajikan dalam kelas, dan memberikan reaksi terhadap konsep-konsep matematika yang mereka pelajari dan persoalan yang mungkin mereka alami. Beberapa guru kelas memberikan siswa waktu 5 menit pada final kelas matematika untuk meringkas pelajaran hari itu dan memberikan reaksi mereka dalam Learning Log (Schubert dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Melalui kegiatan ini, siswa berlatih menciptakan catatan, menulis deskripsi dan arah, dan memakai keterampilan menulis lainnya. Mereka juga berguru bagaimana untuk merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri (Stanford dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995).
Selain bermanfaat bagi siswa, guru memakai Learning Log untuk menilai secara informal hasil berguru siswa. Guru sanggup menilai apa yang siswa sudah tahu perihal topik sebelum mengajar, menemukan apa yang dipelajari siswa, dan mengusut kebingungan dan kesalahpahaman. Guru juga sanggup memakai isian untuk memantau sikap siswa terhadap matematika dan menilai pembelajaran mereka akan konsep sesudah mengajar (McGonegal, dalam Tompkins dan Hoskisson, 1995). Kadang-kadang guru hanya membaca isian ini, dan pada waktu lain Learning Log menjadi Dialogue Journals yang dipakai guru menanggapi siswa dengan memperjelas kesalahpahaman dan memberikan motivasi belajar.
b.Dalam IPA
 Learning Log IPA sanggup memakai beberapa bentuk yang berbeda. Salah satu jenis ialah Observation Log di mana siswa menciptakan isian setiap hari untuk melacak pertumbuhan tumbuhan atau hewan. Misalnya, mengamati ulat,  ulat menjelma kupu-kupu selama 4 hingga 6 minggu. Masing-masing siswa menyimpan Observation Log dengan isian sehari-hari, di mana mereka dalam menggambarkan perubahan yang mereka amati memakai bentuk, warna, ukuran, dan kata-kata lainnya.
Tipe kedua dari Learning Log ialah di mana siswa menciptakan catatan secara berulang menyerupai siklus. Siswa sanggup mengambil catatan selama presentasi oleh guru atau sesudah membaca, sesudah melihat film, atau pada final setiap periode kelas. Kadang-kadang siswa menciptakan isian dalam bentuk daftar, adakala dalam kelompok, grafik, atau peta, dan pada waktu lain dalam paragraf.
Lab reports ialah jenis ketiga Learning Log. Siswa menuliskan materi dan mekanisme yang dipakai dalam percobaan, menyajikan data pada grafik pengamatan, dan kemudian mendiskusikan hasil. Ketika siswa menulis, mereka mengasumsikan kiprah ilmuwan, berguru untuk menciptakan pengamatan yang cermat dan untuk merekam dengan akurat.
c. Dalam IPS
Siswa sering menuliskan kepingan dari siklus tema dalam studi sosial. Siswa menulis menanggapi dongeng dan buku informasi, kata-kata yang menarik yang berafiliasi dengan tema, menciptakan jadwal, dan menggambar diagram, grafik, dan peta.

6. Simulated Journals
Dalam jurnal ini siswa memainkan kiprah sebagai orang lain dan menulis berdasarakan pandangan orang tersebut. Mereka sanggup memainkan kiprah sebagai sosok dalam sejarah ketika mereka membaca biografi atau menjadi kepingan dari pembelajaran bertema sosial. Ketika siswa membaca cerita, siswa sanggup memerankan karakter dalam dongeng tersebut. Dalam hal ini siswa mendapat pandangan dalam hidup dan sejarah orang lain.
Contoh jurnal yang dituliskan oleh siswa kelas 5 dari Amerika, memainkan kiprah sebagai Betsy Ross
15 Mei 1773
Dear Diary
Pagi ini jam 5 pagi saya membangunkan suamiku John untuk bekerja, tetapi ia tidak mau bangun. Aku segera memanggil dokter. Dokter itu segera datang. Dia menyuruhku keluar dari ruangan, jadi saya segera keluar. Satu jam kemudian dokter itu bilang suamiku sudah meninggal. Aku sangat sedih. Aku tidak tahu apa yang harus saya lakukan

16 Juni 1776
Hari ini Jendral Washington mengunjungiku membicarakan maslah pembuatan bendera. Aku sangat terkejut. Aku menciptakan bendera! Aku telah menciptakan bendera untuk angkatan laut, tapi ini terlalu berlebihan. Tetapi saya bilang iya. Dia memperlihatkan pola bendera yang ia inginkan. Dia juga menginginkan bintang segi enam dicantumkan tetapi saya berkata padanya untukmencantumkan bintang segi lima.

Ira Progroff dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) memakai pendekatan yang hampir serupa yang disebut “dialoguing”, dialog, berdialog, percakapan. Dalam hal ini siswa menciptakan obrolan seakan sedang berbicara dengan tokoh sejarah atau tokoh yang lain. Dia menyarankan untuk memfokuskan penulisan pada kehidupan seseorang dan memulai jurnal dengan hal yang penting.

D. YOUNG CHILDREN’S JOURNALS
Siswa sanggup menuliskan jurnal dengan menggambar, atau sanggup mengkombinasikan gambar dan tulisan. Siswa juga bisa menulis nomor, abjad acak, dan lain-lain
Meskipun banyak pilihan cara dan tujuan, menulis jurnal membantu siswa sekolah dasar untuk menemukan “power” dari menulis untuk merekam informasi dan mengutarakan ide. Siswa selalu menghargai jurnal merak dan terkagum dengan jumlah goresan pena mereka.

E. MENGAJARI SISWA UNTUK MENULIS JURNAL
Jurnal bahu-membahu khas untuk dituliskan di buku catatan. Binder berkhasiat untuk penulisan personal journals jangka panjang, dialogue journals, dan writing notebooks. Buku kecil (nota) sering dipakai untuk menulis hal-hal penting yang didapat dalam membaca, pelajaran, dan percobaan. Kebanyakan guru menentukan menyimpan jurnal tersebut di dalama kelas, jadi siswa sanggup menuliskan tiap hari. Tetapi siswa juga bisa menuliskan jurnal di rumah.
Siswa biasanya menulis dalam waktu khusus tiap hariya. Kebanyakan guru meminta siswanya menciptakan personal journals dan dialogue journals ketika mereka melaksanakan kunjungan atau sesudah liburan. Writing notebooks sering dilakukan selama pembelajaran untuk mengumpulkan atau merekam informasi perihal topik yang dibicarakan, contohnya kutipan penting. Reading Logs dibentuk selama membaca literatur dan workshop membaca. Learning logs dan Simulated Journals sanggup dituliskan dikala pembelajaran Matematika, IPS atau IPA.

F. MENGENALKAN SISWA UNTUK MENULIS JURNAL
Guru mengenalkan siswa untuk menulis jurnal melalui pembelajaran dimana mereka menjelaskan tujuan dari aktifitas menulis jurnal dan mekanisme atau cara untuk mengumpulkan ide, menulis isian dan menyampaikannya ke sahabat satu kelas (presentasi). Guru juga memberikan teladan dengan menulis di papan tulis. Guru juga sanggup menjelaskan jenis-jenis  jurnal, dimana jurnal tersebut ialah yang merupakan aktifitas informal, tujuan penulisan jurnal, informasi pencatatan , dan sudut pandang penulisan bedasarkan jenis jurnal.

G. PROGRAM PENULISAN JURNAL
Siswa menulis jurnal dalam jadwal yang teratur atau bisa tiap hari. Setelah mereka tahu bagaimanan menulis catatan yang bagus, mereka sanggup melakukannya secara mandiri. Setelah itu siswa diminta membaca jurnal mereka apapun jenis jurnal yang mereka tuliskan. Siswa kelas rendah sanggup mempresentasikan jurnal gambar yang mereka buat. Jika kegiatan tersebut membutuhkan waktu yang banyak, siswa sanggup dibentuk kelompok, dan presentasi sanggup dilakukan dalam kelompok tersebut. Kaprikornus semua siswa mempunyai kesempatan untuk menpresentasikna jurnalnya. Guru dan siswa bia memberikan tanggapan terhadap topik yang ditulis, pemilihan kata, humor, dan lain-lain.

1.Minilessons
Dalam pembelajaran guru menjelaskan, mengajari perihal prosedur, konsep, strategi, dan keterampilan menulis jurnal. Pembelajaran ini penting ketika siswa berguru jurnal jenis gres atau ketika mereka mendapat kesulitan dalam melaksanakan mekanisme dan seni administrasi menulis. Dua seni administrasi yang sering dipakai siswa dalan menulis jurnal ialah quickwriting dan clustering.
2.Quickwriting
Strategi yang dipakai siswa dalam menulis jurrnal tanpa persiapan atau secara dadakan. Siswa secara reflek menulis apa yang mereka tahu perihal topik. Siswa menulis perihal topik sekitar 5 smapai s10 menit dan biarkan menungakan pikiran mereka ke dalam goresan pena tanpafokus dalam gaya penulisan maupun revisi. Strategi ini bahu-membahu disebut “freewriting” dan dipopulerkan oleh Peter Elbow  dalam Tompkins dan Hoskisson (1995). Dia menyebutkan bahwa menulis bebas ialah cara untuk membantu siswa fokus dalam  isi daripada mekanik (bentuk tulisan). Elbow menjelaskan bahwa fokus dalam mekanik menciptakan menulis “mati” sebab ini tidak mengijinkan siswa secara natural berekpresi.
Menulis cepat sanggup diugnakan untuk mengecek apa yang siswa pelajari dan memberi kesempatan untuk mengklarifikasi konsep yang salah.. Setelah siswa menulis, mereka biasanya memberikan hasil tulisannya dalam grup kecil, dan satu siswa per grup mempersentasikannya di depan kelas. Proses presentase ini membutuhkan waktu 10 menit, jadi keseluruhan kegiatan ini membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit.
Sebelum mempelajari topik yang baru, guru bisa meminta siswa untuk menulis cepat perihal topik tersebut. Hal itu untuk mengetahui seberapa banyak pengetahuan mereka perihal topik tersebut, menghubungkan pengalaman pribadi mereka, dan menstimulasi perhatian.Contohnya:
1.Sebelum berdiskusi perihal sebuah kejadian terkini, siswa diminta menulis cepat perihal  hal yang mereka ketahui perihal lokasi kejadian tersebut
2.Sebelum mempelajari reptil, siswa diminta menulis cepat perihal ular
3.Sebelum mempelajari zat-zat dalam makanan, siswa diminta menulis cepat perihal masakan cepat saji atau junk food
Setelah pembelajaran selesai, siswa diminta menulis lagi perihal topic yang sudah dibicarakan, mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Setelah itu, bandingkan hasil goresan pena tersebut dengan hasil sebelumnya untuk melihat apa yang telah mereka dapatkan. Hal ini menyerupai pre test dan post test tetapi dalam bentuk menulis cepat.
3.Clustering (Pengelompokan)
Menurut Rico dalam Tompkins dan Hoskisson (1995) clustering ialah sebuah seni administrasi dimana siswa mengumpullkan  dan mengelompokkan informasi yang telah mereka pelajari dalam diagram atau poster. Siswa juga memakai pengelompokkan untuk mengorganisasikan inspirasi sebelum memulai untuk menulis. Clustering bentuknya bisa menyerupai diagram jaring dengan topik di tengah. Ide utama dituliskan di sekitar topik dengan hal yang lebih mendetail dituliskan di samping inspirasi utama. Untuk kini ini, kita lebih mengenal hal tersebut dengan istilah mind map.

H. MENYESUAIKAN KEBUTUHAN DARI SETIAP SISWA
Jurnal sanggup dengan gampang diadaptasi berdasarkan kebutuhan siswa. Siswa yang tidak punya banyak pengalaman perihal jurnal mungkin akan lebih berhasil dalam jurnal pribadi atau jurnal obrolan sebab focus terhadap kehidupan mereka daripada literatur atau tema pembelajaran merek dalam kurikulum. Peneliti menyatakan bahwa siswa yang berguru bahasa inggris sebagai bahasa kedua lebih berhasil memakai jenis dialogue journals  daripada jenis lain.
Untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis, mengucapkan, atau mengekspresikan dirinya dalam bahasa, ada hal yang bisa dilakukan:
1.Drawing Journal Entry
Siswa sanggup menggambar apa yang mereka fikirkan daripada nuliskannya, atau bisa saja menggambar sebelum menuliskannya. Yang terpenting ialah siswa mengeksplorasi pikiran dan perasaan mereka atau merekam informasi apa yang mereka pelajari.
2.Talking before Writing
Siswa bisa membicarakan perihal topik untuk menghasilkan atau mempersempit inspirasi sebelum menulis. Pada dikala berbicara siswa sanggup menemukan kata-kata dan kalimat untuk mengekspresikan inspirasi kemudian mereka gunakan dikala menulis.
3.Dictating Entries
Guru sanggup menuliskan apa yang didikte oleh siswa kemudian menuliskannya untuk siswa. Kemudian siswa membaca kembali goresan pena tersebut dengan guru. Mereka juga bisa mengambil kata kunci atau frase untuk dipakai sebagai judul gambar.
4.Sharing in Small Groups
Menyampaikan ialah kepingan dari menulis, namun beberapa siswa mungkin tidak merasa nyaman untuk menyampaikannya di depan kelas. Siswa ini mungkin lebih nyaman untuk menyampaikannya ke dalam grup kecil.
5.Focusing on Ideas
Siswa fokus dalam inspirasi bukan bentuk goresan pena sebab menulis jurnal bertujuan untuk eningkatkn kemampuan menulis dan mengekplorasi inspirasi perihal apa yang telah mereka pelajari. Maka dari itu, dalam penilaian nantinya yang harus dioerhatikan guru ialah peningkatan inspirasi dan wawasan siswa bukan bentuk dari tulisannya.





I.MENILAI JURNAL SISWA
Siswa sanggup menulis jurnal secara individu dengan sedikit atau bahkan tidak sama sekali di sampaikan kepada guru, atau mereka sanggup menuliskan tiap hari dengan pengawasan guru dan pembacaan secara regular.
Biasanya siswa sudah terbiasa dengan guru membaca semua goresan pena mereka. Namun,  jumlah goresan pena yang dihasilkan siswa kadang terlalu banyak untuk dibaca guru seluruhnya.. Beberapa guru mencoba untuk membaca semuanya. Ada juga guru yang menentukan hal yang dibaca dan hanya melihat sisanya. Dan terakhir, ada guru yang jarang mengecek jurnal siswa. Hal tersebut biasanya terjadi pada private journals, monitored journals, dan shared journals.
Ketika siswa menulis jurnal pribadi atau private journals, mereka menulis terutama perihal pribadi mereka, dan yang menyampaikannya di depan kelas tidak semuanya, hanya yang berkenan. Guru tidak membaca jurnal yang tidak disampaikan kecuali harapan dari siswa.
Saat siswa menulis monitored journals, mereka menulis untuk dirinya sendiri , tetapi guru mengawasi, memonitor goresan pena yang mereka buat secara reguler. Guru secara sederhana mengecek goresan pena merak dan tidak membaca keseluruhan kecuali dengan catatan “Read Me” atau “ Baca Aku” yang ada dalam goresan pena tersebut.
Siswa menulis shared jurnal untuk diserahkan kepada guru, guru secara reguler membaca semua goresan pena kecuali yang ditandai dengan kata “Private”   atau “Pribadi”. Guru memberikan masukan dan saran terhadap jurnal tersebut.
Jurnal pribadi sebaiknya semuanya dinilai secara merata, sebab jurnal tersebut tanpa revisi dan pengubahan. Tetapi untuk jenis learning log dan simulated journals bisa dinilai berdasarkan bagian-baigian fakta dalm informasi.

DAFTAR PUSTAKA
http://balytra.com/2013/05/28/menyentuh-pribadi/coment-page-1/ (diakses tanggal 20 Oktober 2014 pada jam 19.55)
Tompkins, Gaiel E and Hoskisson, Kenneth. 1995. Language Arts Content and Teaching Strategies: Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc.

0 Response to "Menulis Jurnal"

Total Pageviews